Kamis, 27 Oktober 2016

Memahami Proses Terbentuknya Air Susu Ibu (ASI) Dari Dalam Tubuh Wanita


Tentu Anda sering mendengar dan bahkan mengalami asupan Air Susu Ibu (ASI) semasa bayi dari ibu kandung kita sendiri. Tahukah Anda bagaimana proses terbentuknya Air Susu Ibu (ASI) ? yang selama ini sudah terserap oleh tubuh kita sendiri semenjak dilahirkan. Nah kali ini, kita akan bahas bagaimana proses terbentuknya Air Susu Ibu (ASI) pada tubuh seorang wanita atau pada tubuh seorang Ibu.

Air susu ibu (disingkat ASI) adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bagi bayi yang belum dapat mencerna makanan padat/keras.

Air susu ibu diproduksi oleh payu udara wanita atau seorang ibu karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.

Pembentukan Air Susu Ibu pada ibu yang baru melahirkan, ada dua hal yang memiliki peran dalam hal pembentukan air susu ibu (ASI) dan juga dalam hal bagaimana ASI itu dapat dikeluarkan dan diberikan kepada bayi. Selain kedua hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi asi berkaitan dengan jenis makanan yang dikonsumsi pada masa kehamilan.

Hal Pertama adalah pengaruh dari Hormon prolaktin atau biasa disebut sebagai Refleks Prolaktin. Proses Pembentukannya sebagai berikut :

Menjelang akhir dari kehamilan, hormon prolaktin memegang peran penting dalam pembentukan kolostrum. Terbatasnya jumlah kolostrum pada payudara disebabkan karena aktivitas dari prolaktin terhambat adanya hormon esterogen dan progesteron yang tinggi dalam payudara ibu hamil.

Kolostrum akan meningkat jumlahnya seiring dengan proses melahirkan dan pada saat pemotongan tali pusar bayi. Selain itu, isapan bayi terhadap puting susu ibu yang dilakukan segera setelah ibu melahirkan juga membuat kolostrum dalam payudara meningkat. Hisapan yang dilakukan bayi terhadap puting susu membuat sebuah rangsangan pada payudara dan selanjutnya akan merangsang ujung-ujung syaraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan tersebut kemudian dilanjutkan menuju hipotalamus melalui medula spinalis untuk menekan pembentukan zat zat yang akan menghambat sekresi prolaktin. Sebaliknya, hipotalamus ini akan menekan agar zat-zat yang berfungsi dalam pembentukan prolaktin ditingkatkan. Faktor-faktor yang memicu keluarnya prolaktin selanjutnya akan merangsang adenohipofise sehingga keluarlah prolaktin.

Setelah prolaktin dapat terbentuk, kemudian alveoli yang berfungsi sebagai penghasil air susu juga akan terangsang dengan adanya hormon prolaktin tadi sehingga air susu dapat terbentuk dalam alveoli.

Pada ibu yang baru saja melahirkan, kadar prolaktin akan menjadi normal setelah 3 bulan melahirkan sampai selesai masa menyusui atau pensapihan. Selama masa menyusui tersebut, kadar prolaktin dalam payudara ibu menyusui tidak mengalami peningkatan walaupun terjadi hisapan oleh bayi pada puting susu. Meskipun prolaktin tidak mengalami peningkatan, akan tetapi air susu tetap bisa keluar saat terjadi hisapan pada puting susu ibu.

Untuk kasus ibu yang baru saja melahirkan akan tetapi tidak menyusui bayinya, kadar prolaktin yang terkandung dalam payudara akan kembali normal setelah 2-3 minggu pasca melahirkan.

Sedangkan bagi ibu menyusui, kadang prolaktin dalam payudara seringkali meningkat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: pengaruh psikis atau stres, anastesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, dan karena pengaruh obat-obatan.

Hal Kedua adalah pengaruh dari Hormon Oksitosin atau sering disebut sebagai Rerfleks Let Down (Proses Pengeluaran ASI) :

Proses pengeluaran ASI yang sebelumnya sudah diproduksi pada saat reflek prolaktin dipengaruhi oleh rangsangan yang berasal dari hisapan bayi pada puting susu. Rangsangan yang berasal dari hisapan bayi kemudian diteruskan ke neurohipofise yang selanjutnya mengeluarkan oksitosin.  Hormon ini selanjutnya diangkut oleh darah menuju uterus dan menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut.

Oksitosin yang sudah sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium dan menimbulkan kontraksi. Kontraksi ini akan memeras air susu yang telah terbuat dalam alveoli masuk menuju duktulus kemudian mengalir melalui laktiferus masuk ke mulut bayi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses refleks let down adalah melihat bayi yang dilahirkan, mendengar suara tangisan bayi, mencium bayi, munculnya pikiran untuk menyusui bayi yang baru dilahirkan. Sedangkan proses pengeluaran ASI dapat terhambat oleh beberapa faktor diantaranya adalah Perasaan bingung/panik, perasaan rasa takut dan cemas.

Yang perlu diperhatikan bagi ibu yang baru melahirkan dan hendak menyusui adalah tingkat stres. Stres yang muncul setelah melahirkan dapat memicu atau menghambat keluarnya ASI. Penghambatan keluarnya ASI dikarenakan adanya adrenalin yang yang membuat hormon oksitosin terhambat dan tidak dapat mencapai pada organ mioepitelium.

Faktor yang menyebabkan asi tidak keluar diantaranya dikarenakan stres yang melanda ibu yang baru melahirkan akan berakibat terjadinya penumpukan Air Susu Ibu pada alveoli. Penumpukan air susu ini akan membuat payudara menjadi membesar. Bagi ibu menyusui, jika tidak dapat mengeluarkan ASI dan produksi asi terus berlanjut hal ini akan menyebabkan payudara terasa sakit dan rasa sakit yang ditimbulkan akan menambah stres yang dialami ibu yang baru melahirkan.

Inilah informasi pemahaman tentang proses pembentukan Air Susu Ibu (ASI), Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi Anda dan seluruh pembaca agar dapat menambah pengetahuan untuk menjadi orang yang pintar se Indonesia. Terima Kasih..


1 komentar:

  1. Kecewa? Kalah melulu main di agen lain?
    Mari main disini saja di www(dot)updatebetting(dot)co

    BalasHapus