Jumat, 11 November 2016

Proses Terbentuknya Awan



Langit yang cerah berhias awan yang indah. Awan sendiri akan tampak seperti gula kapas yang manis yang bergumpal – gumpal cantik. Awan akan tampak berwarna putih ketika cuaca sedang cerah, dan akan tampak berwarna gelap atau hitam ketika mendung akan hujan. Awan sendiri tidak selalu bergumpal, namun ada juga yang kadang tersebar tipis, berbentuk seperti sisik ikan, atau bergaris-garis seperti serat.

Awan memang sangat indah, namun kadang juga ia selalu berubah – ubah karena berbagai faktor, bisa karena angin, ataupun pengaruh cuaca yang sedang di alami. Menurut saya sendiri awan yang menghisasi langit di siang hari bagaikan lukisan yang sangat indah, apa lagi ketika melihat terpampangnya awan awan cantik di ujung pantai dengan menatap matahari yang terbenam.

Pembentukan awan tidak terlepas dari proses kondensasi yang pengertiannya adalah proses perubahan uap air menjadi air atau larutan. Perubahan uap air menjadi larutan terjadi setelah uap air tersebut di atmosfer mengalami proses pendinginan. Selama proses pendinginan akan dilepaskan  panas laten yang dikandung oleh uap air ke udara dan sekitarnya. Panas laten tersebut merupakan penyumbang energi ke atmosfer yang cukup besar.

Kondensasi dapat terjadi melalui beberapa cara dengan proses dalam pembentukan awan sebagai berikut :

1. Udara yang bergerak ke atas akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah, tetapi sebelum RH mencapai 100 yaitu sekitar 78 kondensasi telah dimulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif. Perubahan RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan.

2. Tetes air kemudian mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100 Karena uap air telah digunakan oleh inti-inti yang lebih besar dan inti yang lebih kecil kurang aktif tidak berperan maka volume tetes awan yang terbentuk jauh lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.

3. Tetes awan yang terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5 – 20 mm. Tetes dengan ukuran ini akan jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s sedang kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Bahkan jika kelembaban udara kurang dari 90 Maka tetes tersebut akan menguap. Untuk dapat jatuh ke bumi tanpa menguap maka diperlukan suatu tetes yang lebih besar yaitu sekitar 1 mm (1000 mikrometer), karena hanya dengan ukuran demikian tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara ke atas (Neiburger, et. al., 1995).

Jadi perbedaan antara tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya. Jika sebuah awan tumbuh secara kontinyu, maka puncak awan akan melewati isoterm 0 °C. Tetapi sebagian tetes-tetes awan masih berbentuk cair dan sebagian lagi berbentuk padat atau kristal-kristal es jika terdapat inti pembekuan. Jika tidak terdapat inti pembekuan, maka tetes-tetes awan tetap berbentuk cair hingga mencapai suhu -40 °C bahkan lebih rendah lagi.

Awan (clouds) dalam atmosfer terbentuk karena titik taraf kondensasi telah tercapai yakni setelah sampai ke titik jenuh uap air. Munculnya gejala awan merupakan indikator dinamika cuaca yang disebabkan oleh tercapainya  pengembunan atau kondensasi pada suhu tertentu. Untuk menjatuhkan uap air dari tempat yang relatif lebih tinggi di atmosfer diperlukan proses pendinginan dan kehadiran inti-inti kondensasi.

Selanjutnya air yang sudah berkondensasi tersebut kemudian berbentuk bintik-bintik air yang tampak menjadi awan. Awan merupakan kumpulan bintik-bintik air yang melayang-melayang di udara setelah mengalami kondensasi (kejenuhan) dengan ukuran yang masih relatif kecil (sekitar 100 um).

Awan juga merupakan petunjuk yang baik atau dari kondisi cuaca, misalnya jika terjadi awan dan hujan bagi orang penerbangan disebut cuaca buruk dan sebaliknya bila mana cerah disebut cuaca baik. Pada dasarnya ada tiga hal penting yang harus dipenuhi agar uap air yang ada diudara dapat berbentuk menjadi butir-butir air dan seterusnya menjadi hujan, yaitu adanya uap air, adanya inti-inti kondensasi dan adanya proses  pendinginan.

Bila kondisi tersebut terpenuhi maka proses kondensasi terjadi dan dalam sistem atmosfer bumi akan terbentuk salah satu atau lebih dari hasil proses tersebut, yang menghasilkan embun, frost, kabut dan awan. Embun dan frost adalah salah satu bentuk hasil kondensasi yang sering terjadi pada pagi hari atau sepanjang malam pada keadaan udara tenang (kecepatan angin lemah) dan langit cerah (perawanan rendah).

Kabut adalah salah satu bentuk hasil kondensasi diatmosfer. Sedangkan Awan hampr sama dengan embun, frost dan kabut, awan terbentuk melalui proses kondensasi. Perbedaanya adalah pada ketinggian terjadinya awan. Awan dapar berupa buti-butir air atau kristal es yang cukup ringan untuk melayang-layang di udara dan bergerak megikuti arus angin. Berdasarkan uraian diatas, maka awan memiliki peranan yang sangat  penting :

1.Selain berfungsi sebagai unsur cuaca/iklim.
2.Sebagai pengendali cuaca karena bertindak sebagai sumber air bagi terjadinya hujan.
3.Dalam neraca radiasi dan panas karena merupakan pemantul yang baik terhadap radiasi surya.
4.Sebagai penyerap yang baik terhadap radiasi bumi.

Nah demikianlah ulasan saya tentang proses terbentuknya awan, Semoga ulasan saya ini, bisa menambah pengetahuan anda dan seluruh pembaca artikel blog ini. Terima kasih..

1 komentar: